Senin, 31 Mei 2010

Klenik Mistik


Percaya hal yang klenik, mistik, atau apalah yang penting membuat rating televisi naik? Hmm, sebenernya gw juga ga begitu percaya. Tapi apa boleh buat terlalu banyak hal yang irasional tak terdefinisi. Lagipula sekarang mereka sedang populer. Banci tampil. Spanduk bioskop isinya mereka semua. Hahaha.

Bokap gw memutuskan transmigrasi dari Jakarta menuju Bontang, Kalimantan Timur, tahun 1982. Bisa ngebayangin seperti apa Pulau Kalimantan pada tahun tersebut? Hahaha. Ya, Ia pindah ke sana untuk tujuan karir.

Tahun 1983, bokap menempati rumah dinas. Beserta istrinya yang diajak pindah. Ada kejadian lucu ketika nyokap sampai di Balikpapan.

“Mau kemana, Bu?”, Tanya orang di Bandar udara.

“Ke Bontang, Pak. Ikut suami saya”, nyokap mengeksplanasi.

“Wah ke Bontang ya? Hati – hati di sana banyak monyet segede orang”, yang dianggap nyokap sebagai kelakar mencoba akrab. Begitu sampai di Bontang, ternyata memang monyet segede orang dan orang segede monyet. Oiya satu lagi! Babi segede sapi. Ini beneran.

Gw belum dicetak waktu itu. Masih encer. Hahaha. Kompleks rumah dinas dulunya merupakan hutan. Kemudian dijadikan kerajaan lengkap dengan fasilitas pendukung. Beberapa bulan bokap dan nyokap tinggal di sana belum ada kejadian apa – apa. Masih normal pada umumnya.

Lalu kejadian aneh mulai muncul. Aktivitas yang tak dapat dilogikakan.

Pada suatu hari, bokap mendapati mangga sebuah tergeletak begitu saja di depan pintu depan rumah. Tersenggol nyokap pikirnya. Lalu dibiarkan lalu. Ternyata setelah itu, banyak barang dan benda rumah yang pindah dari tempat asalnya. Input dan outputnya berbeda. Pulpen tiba – tiba di kamar mandi. Tas kerja tiba – tiba di dapur. Polstergeist syndrome. Bokap udah merasa ada sesuatu yang ga beres.

Di hari lain aktivitas tak terlogikakan semakin menjadi. Semakin eksis. Kenyamanan semakin didambakan keluarga ini. Hahaha apa sih. Pagi itu nyokap sedang masak untuk sarapan. Bokap sedang menyetrika baju kerja. Dan tiba – tiba kamar mandi pintunya terkunci. Suara orang sedang mandi terdengar kencang. Lengkap dengan suara guyuran air dan tak lupa siulannya. Gw belum dicetak waktu itu, masih encer, ini untuk menegaskan sekali lagi. Setelah kira – kira limabelas menit, pintu terbuka dan kosong. Entah siapa yang mandi.

Bokap yang emang mewarisi gw sifat absurd, kalau pulang ke rumah diawali dengan “assalamualaikum, hantu”. Otaknya mungkin sudah sedikit geser. Hahaha. Kejadian polstergeist semakin sering. Temen – temen bokap berkunjung ke rumah. Penasaran.

“Mana katanya ada hantunya? Ini aman begini kok”

“Liat aja ntar”

Ketika mereka pulang. Kendaraan – kendaraan mereka kempes. Ban serep tak berguna. Karena yang kempes semua ban. Hahaha. Akhirnya mereka mengakui keangkeran rumah gw.

Permadani terbang adalah mitos di dataran Arab. Lain lagi dengan Bontang. Bokap dan nyokap yang sedang tertidur pulas terpaksa bangun. Kenapa? Karena kasurnya melayang! Kasur melayang! We te ef! Bokap panik. Tapi bukan di disko. Maaf sedikit lelucon tak lucu. Hehe. Ayat kursi menjadi idola masa itu. Hahaha.

Belum lagi ketika bokap dan nyokap sedang bersantai di ruang tengah. Sedang bercengkerama atau mungkin sedang mencetak gw, hahaha. Ada suara degup jantung di jendela. Udah serem? Belum? Okay gimana suara degup jantung lengkap dengan jantungnya! Jantung nempel di jendela! Hahaha apa itu! Kalau yang nempel segelas soda sih gapapa. Hahaha. Ini jantung! Dua kali we te ef!

Kejadian terakhir adalah puncak dari semuanya. Hujan turun dengan derasnya. Bagai langit tak berkondom. Metafora sedikit gapapa ah. Lalu dua ekor kucing bermata merah ngamuk di jendela rumah. Gw ulangin, dua kucing bermata merah! Tiga kali we te ef! Bangsat! Kucing apaan matanya merah! Dua kucing bangsat yang kayak anjing itu mencoba masuk. Dan mereka lompat ke genteng yang tingginya tiga meter! Lompat sekali tiga meter! Wow magic! Mereka memukul – mukul genteng dan pintu serta jendela. Mencoba masuk. Suara mereka bukan kucing. Tapi harimau! Anjing!

Bokap bergerak ke gudang. Parang tujuannya. Nyokap mencegah dengan segala daya upaya. Lagi hamil katanya tak boleh membunuh hewan. Okay kalimat tadi menegaskan bahwa gw sudah tercetak. Hahaha. Akhirnya niat membunuh kucing mata merah dengan parang diurungkan. Lebih realistis memanggil orang pintar. Hahaha memanggil orang pintar terdengar lebih realistis daripada membunuh kucing mata merah dengan parang. Paradoks.

Orang pintar datang. Ia meminta kopi satu ceret. Selanjutnya bacaan – bacaan entah apa ditransfer ke dalam ceret. Kopi dituangkan ke tiap sudut rumah. Caranya memang tak rasional. Tapi itu berhasil. Kejadian tak terdefinisi lenyap! Bokap nyokap tinggal dengan aman setelah kopi sudut rumah. Mereka tak lagi gelisah.

Beberapa hari kemudian, tetangga datang dengan panic ke rumah. Suaminya bertindak layaknya kucing.
----------------------------------------------------------------

*diceritakan langsung oleh si korban yang tak lain tak bukan adalah bokap gw.

[Jogjakarta. 31 Mei 2010. 01:25 PM. Fikri]

Minggu, 23 Mei 2010

Saya Bingung Memberi Judul Dengan Apa, tapi Bukan Berarti Tulisan Ini Tanpa Judul, Hanya Tak Ada yang Pas Saja Menurut Saya

Kamu penetrasi di saat saya merepetisi siklus. Siklus dengan diagram parabola. Dan itu berarti ekuasi kuadrat. Yang titik optimumnya sudah dilewati. Berarti tinggal fase disakselerasi. Bukan, bukan saya menggemari siklus, tapi siklus itu yang mengekori. Dengan kamu, mungkin bukan parabola. Tapi ekuasi linear. Sehingga fase maksimum akan berbanding lurus dengan waktu.


Beberapa jenak bukan konstrain.  Apalagi kalau hanya masalah fundamental dalam kartu identitas. Hahaha apa itu! Aplikasi pembawa pesan hanya start. Jari terselip outputnya. Galau menyublim. Ide tak bisa ejakulasi. Ah apa ini? Tak bisa dinarasideksripsivisualisasikan.


Definisi yang terdistorsi. Hahaha. Kamu sendiri misinterpretasi, apalagi saya. Situasi yang terkonstruksi dan terkomposisi bukan koinsidens? Lalu kamu percaya itu script tuhan? Bukan, maaf menurut saya itu bukan garis takdir. Saya tak percaya takdir. Apalagi agama. Kamu tahu sendiri, nabi saya Thom York.


Ya intinya adalah kamu. Kamu penyebab banyaknya distraksi. Menyebabkan emosi ini meloncat secara kuantum dengan velositi yang mengagumkan menyebrangi kuadran dua. Mungkin tiga atau empat. Saya tak merasa terintimidasi atau malah superior, kecuali dengan logo kerangmu itu. Hahaha.


Ya sudah, ini sudah lumayan absurd dan surealis mungkin hanya kamu yang bisa mentranslasikan ini. Lalu mungkin kamu mengeksplanasi pada yang lain. Sebenarnya dengan mudah beberapa paragraph ini diganti dengan tiga kata. Tapi saya tak mau popular. Lagipula ini bukan teenlit yang menjamur di etalase toko buku masa kini.


Dan saya akan dengan senang hati berpakaian seperti sepupumu. Untuk mencuci kakimu yang sudah tertelan. Maaf, afeksi ini sudah membuat irasional.


Oiya, labia kamu lezat dan menggemaskan!


---------------------------------------------------


*m/


[bontang. 23 Mei 2010. 05:29 PM. Fikri]



Sabtu, 22 Mei 2010

Datang Untuk Efek Rumah Kaca, Tapi Zeke Khaseli Selalu di Hati


Hari itu memang sudah rencana untuk menghadiri tur dari label rekaman jangan marah records. Label kepunyaan Efek Rumah Kaca. Sempat khawatir karena kehabisan tiket. Jogjakarta memang minim hiburan, setidaknya untuk saya. Hahaha. Tiket sudah habis, saya sudah memesan untuk dua orang. Saya dan dia yang sudah menulis duluan tentang senangnya menonton konser Efek Rumah Kaca.





http://rebelzine.files.wordpress.com/2010/04/jangan-marah-records.jpg"]http://rebelzine.files.wordpress.com/2010/04/jangan-marah-records.jpg

Hujan rintik. Sepertinya atmosfir sudah dikomposisi untuk galau. Padahal siangnya di kota ini sudah deras sekali. Tak menyangka awet hingga jam delapan. Kami datang agak telat. Di panggung sudah tersedia Yakuyaya. Personelnya familiar. Ternyata dua dari mereka adalah anggota band pop terkenal tanah air. Tadinya saya berfikir band ini sekuel dari Sheila on 7, Sheila on 8. Hahaha. Mereka mengcover lagu Bigger Than My Body-nya penyanyi yang terkenal dengan lagu Your Body is Wonderland, John Mayer. Ketika mereka membawakan lagu mereka, saya tak begitu heran. Sangat di atas empatpuluh. Top 40.


Lalu band kedua tampil. The Kucruts. Saya memprediksi band ini akan jadi idola remaja selanjutnya. Musik mereka adalah hentakan drum The Upstairs dengan performa The Cangcuters. Hanya kurang abg - abg yang bergerak seragam di belakangnya. Mereka cukup komunikatif dan atraktif. Vokalisnya bergaya eksentrik dengan kacamata yang berpendar - pendar dengan kelincahan enerjik. Seperti mata capung namun bercahaya. Lagu bertitel unik jadi penutup, Cinta Waria. Tepuk tangan memekik di venue mirip gedung teater ini.



http://www.rollingstone.co.id/public/gallery/large/2009_11_09_01_37_28_2.jpg"]http://www.rollingstone.co.id/public/gallery/large/2009_11_09_01_37_28_2.jpg

Zeke Khaseli, vokalis, gitaris, dan pianis dari band Zeke and The Popo dan Lain, mengisi panggung. Tampil dengan topeng macan dan jas putih. Ditemani sosok berjas hujan dengan topeng ultraman. Lalu topeng Obama dan Monalisa yang memainkan synthesizer analog. Okay, ini absurd, surealis, dan psikedelik. Saya suka! Hahaha. Belum lagi bantuan visual yang sedikit vintage. Jadi lagu yang mereka bawakan menjadi semacam scoring untuk visual mereka. Adegan selanjutnya adalah yang paling keren. Sensasi orgasmic datang ketika itu. Mereka mengsinkronkan visual dengan lagu. Tujuannya mengajak audiens berkaraoke. Mungkin lagu Don't Worry Darling memang berkonsep seperti tersebut. Saya sangat amat teranestesi dengan liriknya. Liar dan surreal! Saya tak ingat banyak, hanya beberapa bagian.

don't worry darling


i get lonely too


you know i'm trying


to see you in the zoo


~


Ubur - ubur mana yang ga geleng - geleng


Lihat anak indian galau ga bisa manah target



Bangkutaman, si legenda indiepop Jogja yang sekarang makin sering muncul, naik ke atas panggung. Langsung menghajar penonton dengan Satelit. Sukses, penonton ber-sing along. Mereka membawakan hits mereka. She Burns the Disco, membuat penikmat indiepop Jogja berteriak "She is the garage of my soul"*yeah, you really are! Hehehe:D*. Tak lupa kera dan kabut juga dibawakan. Energi mereka berhasil ditransfer. Setidaknya beberapa jenak, sebelum Efek Rumah Kaca dengan ambiensi negative mengaduk - ngaduk suasana hati. Hahaha.


Konser Efek Rumah Kaca jadi destinasi prioritas hari itu. Saya dan dia siap bernyanyi bareng. Meneriakkan lirik - lirik ciamik dari Efek Rumah Kaca. Dulu band ini menjadi satu - satunya band dalam playlist aplikasi pemutar mp3 ketika saya dilanda galau labil berkepanjangan. Band yang menemani saya berkontemplasi dengan substansi alcohol. Afeksi membuat melankolis. Hahaha. Namun hari itu, lagu Efek Rumah Kaca tidak berefek negatif lagi. Tidak membuat saya harus menatap sepatu dan menggaruk - garuk tanah.





http://arobby.files.wordpress.com/2009/03/efekrumahkaca.jpg"]http://arobby.files.wordpress.com/2009/03/efekrumahkaca.jpg

Akhirnya kira - kira jam memukul sepuluh sang penutup dan pamungkas mempenetrasi panggung. Disambut dengan teriakan nama vokalis bertubi - tubi. Cholil disebut dari mana - mana. Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa yang bertenaga digeber sesaat mereka siap. Saya yang membawa media rekam audiovisual malas untuk mengabadikan. Sudah banyak stok Efek Rumah Kaca di dalam hardisk. Mungkin Cholil bisa bersubstitusi profesi, dari vokalis menjadi penghulu. Hahaha.


*kalau mau dengar lagu keren dari zeke khaseli bolehlah klik yang ini


[bontang. 22 Mei 2010. 12:56 AM. Fikri]



Kamis, 20 Mei 2010

Cerminan Diri

Saya tak pernah bisa menyelesaikan apa yang saya mula

—————————————————-

*makasi gita dan anel! hehehe :D

[bontang. 20 Mei 2010. 09:41 PM. fikri]

Selasa, 18 Mei 2010

Re: Tujuh Huruf

lo percaya ga kalo gw bilang mata gw berkaca kaca waktu baca balesan tujuh huruf itu berjejer di halaman blog lo? sungguh lo harus percaya.

Semoga Efek Ekstasi ini Permanen dan Semoga Tidak Halusinatif

Smurf lo!

[bontang. 18 Mei 2010. 05:10 Pm. fikri]

Minggu, 16 Mei 2010

Hore! Pindah Kost!

Ya anggap saja ini sekuel dari bapak kost laknat. Jadi setelah pindah dari kamar kost yang bapak kost-nya laknat tersebut, gw menyewa kamar kost yang lumayan luas. Fasilitas yang ditawarkan pun cukup menarik. Kamar enam kali delapan meter. Kamar mandi dalam kamar. Dapur dan washtafel. Gudang dan tak lupa tempat jemur pakaian. Oh ya! Satu lagi, kamarnya dua tingkat! Tingkat kedua luasnya hanya setengah lantai pertama. Cuma kurang eskalator aja ini kamar.

Kamar tersebut gw sewa berdua dengan temen yang juga menjadi korban “pengusiran” bapak kost laknat. Setelah cerita ini, akan gw ceritain tentang temen sekamar gw yang sangat amat normal tersebut di kalimat sebelum ini. Ternyata pindah kost bukan berarti kejadian absurd akan hilang. Masih saja menghantui kehidupan sehari - hari gw. Sekarang gw ceritain tentang tetangga kost gw yang baru.

Kamar di sebelah kiri kamar gw, dihuni oleh dua orang mahasiswa perguruan tinggi swasta terkenal yang terletak di jalan kaliurang kilometer 13. Susah amat ya mau ngomong UII. Haha. Errr, mereka sungguh introvert. Pintu kamar mereka tak pernah dibuka. Berbeda sekali dengan kamar gw yang pintunya ditutup hanya ketika tidur.

Gw ga pernah masuk ke kamar sebelah, temen sekamar gw yang agak sering. Mungkin karena mereka mempunyai minat yang sama dalam segala sesuatu yang berbau Jepang. Maaf, menurut gw, orang yang fanatik terhadap Jepang - Jepang-an akan cenderung ansos (anti sosial). Mereka terlalu geek. Mereka seringkali membawa komik, anime, manga, apapunlah namanya ke dalam kejadian nyata. Maaf, ini terlalu subjektif. Sekali lagi maaf.

Mereka seringkali membicarakan naruto inilah, onepiece itulah, bukannya gw ga suka komik. Gw suka banget komik. Tapi ya jangan terlalu masuk ke dalam cerita lah. Lalu mereka sering menyewa vcd semacam ksatria baja hitam dan teriak - teriak ketika jagoan mereka terdesak musuh. Suaranya tertangkap hingga telinga gw. Pengen banget teriak “Get a life, guys!” di depan pintu kamar mereka. Haha. Sekali lagi ini subjektif dan gw minta maaf.

Hipotesis gw, mereka adalah penyuka sesama jenis. Hipotesis ini gw ambil dari dialog mereka, yang kebetulan gw ikutan.

Si orang pertama bertanya,
“Iuuh fik, rambut gondrong kayak gitu ga panas ya?”
“Ya panas sih, tapi kan bisa dikuncir”
“Emang tujuan kamu gondrongin rambut apa?”
“Ga ada, males potong aja. Biar dikira rock n roll”
“Ihh aneh deh kamu! Mending rambut kamu dibikin kayak NARUTO aja kayak dia” sambil melihat si orang kedua.

Si orang kedua ikutan,
“Kayak gini maksud kamu?”

Sambil ngebenerin rambutnya dimirip - miripin kayak Naruto. Sumpah! Gw sampe sekarang ga tau rambut Naruto kayak gimana. Nyentuh komiknya aja udah males, terlalu ngepop di pasaran.

“Iya kayak gitu!”

Si orang pertama tersenyum senang setelah melihat rambut si orang kedua yang sudah “berbentuk” Naruto. Dan ini bagian absurdnya. Setelah ngomong tadi, si orang pertama menyenderkan kepalanya ke bahu orang kedua, lalu mereka bertemu pandang dan tersenyum!

Dangg! Gw seperti pengen naik-bajaj-tapi-di-depan- di-samping-supirnya ngelihat perilaku mereka. Tinggal dikasih backsound lagu India, lengkap sudah. Eh belum, ditambah pohon dan sedikit air hujan! Hal ini yang mendukung hipotesis gw menjadi signifikan. Tapi cukup dengan observasi singkat saja. Tak perlu berlama - lama, apalagi berpartisipasi. Cukup dilihat saja, tak usah dicoba. Takut ketagihan. Hahaha.

Belum lagi kamar sebelah kanan yang dihuni perempuan bertubuh memaksa-mata-harus-melirik. Yang sering melakukan yoga dengan tanktop yang sudah basah oleh keringat dan celana super pendek yang memamerkan kemulusan pahanya. Fik, ini tulisan lama - lama jadi stensilan! Hahaha. Sayang sudah bersuami. Hahaha.

Dan naasnya lagi, onderdil si perempuan sebelah kamar itu sering singgah di tempat jemuran kamar gw. Entah itu bra atau celana dalam. Mungkin tertiup angin, atau mungkin juga dia yang sengaja melempar ke sebelah. Dipelet kok minta? Haha. Dan itu adalah dilema terbesar gw di sana!

Sekarang gini deh. Direka - reka ya adegan gw ngebalikin onderdilnya. Gw lagi mau jemur handuk. Ngeliat beha ada di bawah jemuran gw. Gw pungut itu onderdil. Lalu gw ketok pintu kamar sebelah.

“Tok tok”
“Sebentar” lalu ia membuka pintu, “Oh fikri, kenapa fik? Ada apa?”

“Ini mbak, aku mau ngembaliin BEHA mbak” dialog ini aja udah agak absurd. Haha.

Setelah ini gw bisa memprediksi empat kalimat yang akan dilontarkan si mbak. Yang pertama adalah,

“Oohh pantesan beha aku sering ilang, kamu toh yang sering ngambilin?”

Kalau kalimat ini yang keluar, maka niat baik gw akan sirna! Niat baik gw yang mau ngembaliin beha yang tertiup angin akan berubah menjadi niat pencuri pakaian dalam. Gw dituduh maling pakaian dalam. Maka pilihan ngembaliin beha mendapat konstrain pertama.

Prediksi gw tentang kalimat kedua adalah,

“Oohh itu emang aku buang. Ngapain kamu balikin lagi?!”

Kalau kalimat ini yang keluar, maka niat baik gw akan sirna juga! Niat baik gw yang mau ngembaliin beha yang tertiup angin akan berubah menjadi niat memungut sampah. Beha itu sudah dibuang dan menjadi sampah. Maka pilihan ngembaliin beha mendapat konstrain kedua.

Prediksi gw tentang kalimat ketiga adalah,

“Loh kok beha aku bisa ada di kamu, fik? Kamu sering ngamen?”

Kalau kalimat ini yang keluar, maka niat baik gw akan sirna juga! Niat baik gw yang mau ngembaliin beha yang tertiup angin akan berubah menjadi niat transgender dan ngamen di sepanjang jalan kotabaru. Maka pilihan ngembaliin beha mendapat konstrain ketiga.

Prediksi gw tentang kalimat keempat adalah,

“Ya ampuun, fikri! Kamu baik banget! Mau ngembaliin beha aku. Yaudah masuk dulu, aku mau mandi terus make beha yang kamu balikin sebagai tanda terima kasih aku buat kamu. Ayo masuk jangan malu - malu! Jangan lupa kunci pintunya ya!”

Kalau kalimat ini yang keluar, maka dunia akan berhenti berputar dan berubah menjadi utopia. Hahaha. Maka niat baik gw akan sirna juga! Niat baik gw yang mau ngembaliin beha yang tertiup angin akan berubah menjadi niat tidak senonoh dan menggagahi perempuan bertubuh memaksa-mata-harus-melirik. Bener nih, lama - lama tulisan ini jadi stensilan. Hahaha. Maka pilihan ngembaliin beha mendapat konstrain keempat.

Nah, sekarang versi ga ngembaliin beha. Seandainya semua pakaian dalam, baik beha maupun celana dalam itu gw simpan dan kumpulin. Mungkin berjumlah tiga atau empat potong. Terus gw simpan dalam lemari gw. Suatu saat temen gw akan dateng ke kost dan mungkin akan menginap. Biasanya yang menginap tidak membawa baju ganti, berarti otomatis dia akan meminjam kaos gw. Dan adegan ini akan sangat mungkin terjadi.

“Pik, minjem kaos lo dong!”
“Iya, ambil aja sana di lemari”
“Oke, tengkyu pik”

Terus dia ke lemari gw. Terus membukanya.

“Pik! Kok isi lemari lo beha dan celana dalam cewe semua? Parah banget lo pik!”

Dan pilihan ga ngembaliin beha sangat riskan. Gw akan dianggap mempunyai semacam fetish pakaian dalam perempuan. Menurut informasi yang pernah gw baca, emang ada orang - orang yang fetish terhadap pakaian dalam perempuan. Mereka mencuri dan menggunakannya sebagai stimulus untuk masturbasi. Dan sayangnya gw bukan tipikal seperti itu. Gw lebih suka melihat pakaian dalam yang sedang dipakai. Bukan yang sedang dijemur. Hahaha.

Dilema itu sempet bikin hidup gw hancur. Gw kehilangan nafsu makan dan gairah belajar. Kuliah terbengkalai. Badan gw kurus, IPK gw jeblok. Oke terlalu hiperbola. Ya Dilema antara ngembaliin beha dan menyimpannya mempunyai konsekuensi masing - masing. Sebenernya solusinya udah ketemu.

Solusinya adalah gw lempar onderdil itu ke tempat jemuran si mbak. Terus ngapain gw nulis panjang - panjang ya?

[jogjakarta. 30 Maret 2010. 02:13 PM. fikri]

Suatu Hari yang Tidak Lalu

Suatu hari yang tidak lalu. Datanglah sepasang sayap beserta ibu perinya. Ia menawarkanku jadi hewan yang paling buas, singa. Tapi berhubung menurutku, singa tidak lebih menyeramkan daripada belalang. Maka aku menolaknya, dan penawaran berganti. Ia menawarkanku menjadi seorang yang lebih baik. Yang lagi - lagi aku lambaikan tangan. Itu terlalu klise untukku. Menjadi orang yang lebih baik? Hahaha. Ini bukan komik.

Lalu ibu peri menanyakan padaku. Tentang apa yang sebenenarnya menjadi keinginanku seutuhnya. Lalu aku menjawab dengan lantang, kalau keinginanku adalah.

[Jogjakarta. 13 Mei 2010. 05:02 PM. Fikri]

Sensasi Elektrik Sinema Elektronik

Hujan turun keroyokan. Seperti amuk massa korban penggusuran yang tak punya sertifikat hak milik. Di tenda, piring sudah kosong, sedotan dan es batu tertinggal di gelas. Perut mereka kenyang. Walaupun titik ekuilibrium diperkosa penjaja makanan.


"Yuk, mumpung agak redaan dikit"


Tangan kiri si jantan menahan payung. Tangan kanan menggandeng betina. Jalanan becek menuju stasiun, hujan agak deras, lampu kota, tukang becak yang menggigil, Jogjakarta


"Anjing! Ini sinema elektronik sekali. Tapi sensasinya kayak tai!"


Dilihatnya si betina. Tangan kiri menggandeng jantan, tangan kanannya memegang plastik basah berisi pakaian kotor si jantan.


"Okay, minus pakaian kotornya"


Lampu kota kuning, sirene kereta api dan palang menutup, Malioboro di depan mata, "mau beli bakpia mas, tak anterke, 5000 wae", si betina membuka dialog.


"Ini romantis ya?"


"Emang romantis definisinya apa?"


"Perasaan berdebar - debar"


"Hahaha, nyolong sendal jepit pas jumatan juga berdebar - debar, itu romantis dong?"


"Hahahaha bangsat lo"


"Gw ga tau eksplanasi dari romantis. Yang gw tau, gw adiksi menyelipkan jari gw di antara jemari lo"




----------------------------------------------------------


*sekali - kali ngepop aahh! haha. mimpi kecil yang menyenangkan. m/


[jogjakarta. 7 Mei 2010. 07:19 PM. fikri]

Joni dan Susi (Tidak) Lelah Bercinta

Kau terlalu kencang. Jangan bergerak terlalu kencang. Aku sulit menahanmu. Ambil kursi itu. Duduklah. Siapkan telingamu. Pun pisau. Tolong. Tolong iris. Iris secuil. Agar menjadi debu hologram. Atau debu kosmik. Atau apalah aku tak peduli.

Tapi kamu cuma diam membisu begitu saja. Pisau itu ada di tanganku tapi tidak untuk mengiris. Karena katanya hatimu terbuat dari batu karang. Tidak sayang, aku tidak berlari terlalu kencang. Itu hanya detak jantungmu mengejar nafas hatiku.

Nafasmu terlalu susah diikuti, Susi. Begitu liar! Venezia, Oslo, Lima, Praha, Barcelona, ya! Nafasmu terlalu jauh. Mungkin aku perlu kereta untuk membuntuti. Dan tahukah kamu? Kereta dan nafasmu adu lari. Susi, bangunkan aku jika semua ini hanya dan hanya mimpi.

Nikotin bangsat. Di antara deru nafasku dan bulir keringat di dadamu aku masih mencari debu debu kosmik hologram, apa lagi itu katamu sayang? Tidak sayang, aku tidak terlalu kencang. Dan pisau ini masih ditanganku. Hatimu begitu keras bagai karang.

Tidak, kau melesat! Kau tidak terkontrol. Istirahatlah sejenak. Bernafaslah. Aku janji kita tak akan terengah. Visualmu sungguh menganestesi. Orgasmik. Biarkan aku menatapmu, Susi. Walau hanya dalam empatbelas inchi.

Joni, apakah hatimu betul dari karang? Joni, pisauku berlumur jingga. Joni aku ingin di sana. Bermandi debu kosmik imajinermu. Joni, tarik tanganku. Joni ikat nafasku. Joni, dekap gairahku. Joni aku ingin di sana. Padamu saja jatuh cinta

Hey Susi, aku Joni. Lihat baik - baik ruang ini. Di sebelah sana jendela, dan di sebelah sini segelas soda.

Tapi kamu cuma diam membisu begitu saja. Pisau itu berwarna merah. Joni, aku orgasme..

————————————————————————-

*terima kasih Melancholic Bitch!
**yang italic adalah karya hebat dari gitaditya.
***git ini tambah lucu kok. dan gw seneng banget! :D

[jogjakarta dan jakarta. 5 Mei 2010. 01:39 PM. fikri dan gitaditya]

Aku Tahu Kamu Pasti Ingin Ditelan Bumi Sekarang Juga

“Jadi gimana? Kesempatan ga dateng dua kali! Dipikir baik – baik bos!”

“28 juta doang sihh, sedikit buat guwe. Guwe cuman mau bantu lo doang kok”

“Kesempatan ga dateng dua kali boss”

“Iya guwe tau, 28 juta itu cuman sedikit”

“Ya santai lah boss, lo kenal guwe kan? Guwe serius pengen bantu lo doang. Duit segitu mah buat guwe gampang. Itu kecil buat guwe”

“Kesempatan ga dateng dua kali boss. Duit segitu buat guwe ga ada artinya”

“Yaudah sekarang gini aja, lo bilang dulu ama si Toni, bilang guwe ngebel”

“Guwe tunggu sampe senen siang, jam duabelasan gitu. Ya pokoknya lo ngebel guwe dulu boss”

“Ya jam segitu kita deal apa ngga. Ya duit 28 juta doang buat guwe mah kecil bos. Guwe sekali proyek bisa dapet 10 kali lipat dari itu”

“Guwe cuman nolong lo boss. Kesempatan ga dateng dua kali”

“LOH INI SIAPA TOH? INI SIAPA?”

“TEMENNYA? WONG E NGENDI?”

—————————————————-

*Audio satu arah yang memerkosa telinga harus mendengar di dalam Bus TransJakarta yang sesak penumpang dengan aksen ibukota yang terdistraksi sore tadi setengah enam.

[jakarta. 17 April 2010. 21:29 PM. fikri]

Krisdayanti, Menghilanglah dari Televisi! Sungguh Saya Muak!

Bawa serta kakakmu, selingkuhanmu, serta istri selingkuhanmu!

[jakarta. 16 April 2010. 15:00 PM. fikri]