Minggu, 06 Juni 2010

Hanya Kepala Radio

Lelaki, rambut bagian depan mulai menipis, usia paruh baya, berjalan menuju bathtub. Melepas perlahan piyama.


Di sebuah apartemen, grup band bermusik. Gitaris memulai kocokan intro. C ke D# ke D ke F. Empat kali diulang. Vokalis mendekati mikrofon.


Lelaki rambut tipis rebah dalam bathtub.


Masuk ke verse.


Can't get the stink off/
He's been hanging round for days/

Lelaki paruh baya telah selesai berendam. Berbusana jas coklat rapi. Klimis. Berjalan di antara gedung - gedung apartemen. Wajahnya sesekali gelap, tertutup bayangan pepohonan.


Vokalis meneruskan verse. Si jenius ini sudah mulai bertingkah aneh sambil memegang batang mikrofon.



Comes like a comet
Suckered you but not your friends





Lelaki paruh baya menyeberangi jalan antarblok.


One day he'll get to you
And teach you how to be a holy cow

Masuk ke bagian bridge, A G#, G, F#, F dibiarkan terdistorsi. Lalu reff.


You do it to yourself, you do
and that's what really hurts

Lelaki rambut tipis tadi berhenti di depan sebuah apartemen. Pelan - pelan ia jongkok. Tidur menyamping dengan posisi tangan kanan lurus tak terlipat di bawah kepalanya. Seorang pejalan kaki rupawan tak melihat, tersandung tubuh tersebut.


Reff masih berlanjut.


You do it to yourself, just you
you and no-one else
You do it to yourself
You do it to yourself

Si ahli suara melangkah ke jendela tidak berbalkon. Verse bagian dua.



Don't get my sympathy
Hanging out the 15th floor





"Jesus I'm sorry. I didn't see you down there Are you okay?", pejalan kaki menanyakan keadaan lelaki paruh baya.


"Yes", jawabnya.


Vokalis meneruskan verse bagian dua di jendela, menatap ke bawah. Korden tertiup angin di kiri dan kanannya.


Changed the locks three times
He still comes reeling through the door


"What happened, did you fall?", pejalan kaki rupawan meneruskan rasa penasarannya.


"No, I'm fine. Please leave me alone", lelaki paruh baya menjawab ketus. Pejalan kaki rupawan menekuk lutut di sebelahnya.


"You've been drinking"


"I haven't been drinking"


"Why are you lying in the middle of the pavement? You could have broken my neck! Look what's wrong?", pejalan kaki rupawan mulai gusar. Berdiri lagi.


Reff. Vokalis mendekati mikrofon. Memejamkan mata. Bergerak seperti sendi - sendi tubuhnya tak terkendali. Menggelinjang. Layaknya orang menderita Parkinson.


You do it to yourself, you do
and that's what really hurts

"Look what's wrong? Here let me help you up", pejalan kaki rupawan menekuk lutut lagi. Mencoba membantu lelaki paruh baya berdiri.


"No! Don't touch me!", lelaki paruh baya emosi.


Di ruangan apartemen tadi, semua menggila. Gitaris menyiksa gitarnya. Bassist mencabik keras bassnya. Drummer menghantam kejam drumnya.


Trotoar mulai ramai. Tertarik dengan sosok lelaki-paruh-baya-tidur-menyamping-di-tengah-trotoar.


"What's the matter with him? Has he fallen?"


"No. He hasn't fallen"


Vokalis seperti kesurupan. Melenguh di depan mikrofon, lalu bertingkah tak terkontrol di belakang jendela.


Lelaki paruh baya dikerubungi. Satu persatu orang mulai berkumpul di sekelilingnya.


"Is he hurt?"


No. Please, all of you, leave me alone


Vokalis semakin menggila. Tangan kiri dan kanan bergantian atas dan bawah. Kepala bergeleng - geleng. Di belakangnya, gitaris dua hanya diam dan menatap ke bawah.


"He must be mad"


"I'm not mad. Just leave me alone", lelaki paruh baya memerintah.


Bagian solo gitar. Si gitaris melakukan tugasnya.


"Why are you lying down?"


"Why won't you tell me what's wrong?"


"Look I can't tell you. It wouldn't be right"


"He must be mad" kata - kata itu terulang lagi.


"Oh, look officer!", Seorang polisi datang ke tempat kejadian perkara. Memarkir motornya. Melepas helmnya. Menyeberang ke arah kerumunan. Salah seorang menyadari kedatangannya.


"Officer!", semua memanggil.


"Are you alright?" tanya polisi itu. Berjongkok di depannya persis.


"I'm fine. Please, will you just let me be here?"


"I'm afraid I can't let you do that sir"


Di beberapa tingkat atasnya, reff lagi. Vokalis kembali memegang batang mikrofon.



You do it to yourself, you do
and that's what really hurts is





"Don't touch me!", lelaki paruh baya berteriak marah ketika petugas polisi mencoba menyentuhnya.


Kali ini mikrofon dilepas. Mulutnya hampir menempel di sana. Meneruskan reff.


You do it to yourself, just you
you and no-one else


"Just tell me why you're lying here! Tell me"


"You don't want to know. Please believe me"


You don't think there's any point right? What, that we're all going to die? Is that it? Is that why you're lying here?


Si vokalis kembali menggila. Hanya kali ini bedanya derajatnya bertambah. Makin tak terkendali. Bergerak ke sana kemari. Gitaris memakai kord balok. Menggeser jarinya sesuai tempo ketukan drum ke arah pick up gitar.


"No"


"Tell us! Tell us for Christ's sake!", mendapat jawaban begitu, petugas polisi kesal bukan main. Ia sangat penasaran apa yang membuat lelaki paruh baya tertidur, atau lebih tepatnya menidurkan diri di tengah trotoar di depan apartemen. Petugas polisi tidak sendirian. Ia penasaran bersama kumpulan orang yang mengerubungi lelaki paruh baya.


"You want to know why I'm lying here?"


"Yes!", pejalan kaki rupawan dongkol maksimum.


"You really want to know? I'll tell you. I'll tell why I'm lying here, but God forgive me and God help us all because you don't know what you ask of me"


"Tell us!", teriak pejalan kaki rupawan di depan muka lelaki paruh baya.


Tiga personel memantau dari jendela. Drummer menyusul mereka. Mereka hanya mampu membaca jawaban penasaran kerumunan tersebut dengan melihat gerakan bibir lelaki setengah baya dari jendela apartemen di atas tempat kejadian perkara. Beberapa tingkat di atasnya. Gerakan bibir itu terasa seperti gerakan lambat. Slow motion.


Kemudian kerumunan tadi berkonversi menjadi trotoar hidup. Semua tertidur di tengah trotoar setelah mendapatkan jawaban dari lelaki setengah baya. Lagu berhenti.


--------------------------------------------------------------


*nama vokalisnya adalah Thom York.

[Jogjakarta. 6 Juni 2010. 10:02 PM. Fikri]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar