Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
Sapardi Djoko Damono
**
Dan kamu menari di bawah hujan Bulan Juni. Diam. Loncat. Menadah. Diam. Tersenyum.
“Hujan lebih cepat”, katamu padaku, datar. Aku senyum mengiyakan.
“Maaf, tulisan ini jelek, lima menit jadi”, kataku kepadamu sambil membuka payung.
**
Bukan bukan bukan begitu. Tutup payungmu. Kamu takut basah? Ayolah! Pada hujan pasrah. Titik rintik. Rintik bisik. Meresap ke kulit ari. Menyesat ke hati. Memang sunyi. Kamu tahu? Itu isyarat rindu.
**
Rindu rindu rindu yang kau rasakan. Bertubi tubi tubi kau berikan. Bertahan satu Fikri. Bertahan satu ef I ka er i.
=))
--------------------------------------
*emang lo aja yang bisa ngepost? Haha.
[Jogjakarta dan Jakarta. 3 Juni 2010. Petang. JS]
*emang lo aja yang bisa ngepost? Haha.
[Jogjakarta dan Jakarta. 3 Juni 2010. Petang. JS]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar