Jumat, 02 Juli 2010

Absurd Ini Totalitas

Kejadian absurd sepertinya memang menjadi garis hidup gw. Setelah cerita tentang rambut gondrong, bapak kost yang laknat, tetangga kamar kost yang aneh, gw akan bercerita tentang kejadian absurd di kost gw yang terakhir. Gw masih tinggal di kost tersebut setelah pindah dua kali. Yang pertama karena diusir bapak kost dan yang kedua karena teman sekamar yang terlalu baik. Nanti akan gw ceritakan teman sekamar yang terlalu baik ini.

Yang akan gw ceritakan sekarang adalah cerita kesurupan. Entah kesurupannya hanya fiktif atau fakta. Tapi cerita ini fakta. Jadi kejadian kesurupan itu sekitar setengah sepuluh malam medio 2008. Terdengar bunyi piring tersenggol.

“Krompyaaangg!!”

Gw ga peduli. Masih saja melanjutkan aktivitas gw di kamar.

“Kyaaaa. Arggghhh!”

Agak sedikit merasa janggal. Tapi gw berpikir mungkin piring yang tersenggol tadi jatuh menimpa kaki yang menyenggol. Gw masih ga beranjak mencari tau.

“Tolooonggg!”

Gw langsung ke luar kamar melihat apa yang terjadi. Ternyata tempat kejadian perkara sudah ramai.

“Si Yani kesurupan, si Yani kesurupaaaan!”

Yani adalah penghuni kost ini juga. Iya kost gw kost campur. Pria dan wanita bisa tinggal di sini. Hal itulah yang membuat gw pindah ke kost ini. Haha bukan deng. Gw pindah karena dua teman gw ngekost di sini dan kost ini tak ada peraturan jam malam, teman menginap, dan lain - lainnya. Peraturan kost ini hanya satu, nunggak ga boleh lebih dari dua bulan. Hahaha.

Terus gw liat ke dalam kamarnya. Si Yani sedang terbaring memakai baju tidur yang transparan. Bra berwarna gelap jelas terlihat dibalik baju tidur semacam lingerie transparan. Belahan dada ke mana - mana dan celana dalam terumbar rapi. Seisi kost panik sekaligus diam. Diam melihat Yani yang kesurupan. Bukan karena bingung mesti ngapain. Diam karena pertunjukkan lingerie belahan dada dan celana dalam terlalu sayang untuk dilewatkan. Haha.

Mbak Tari, penghuni kost ini juga, langsung saja memakai mukena kembali. Tadinya dia sedang sholat ketika peristiwa agak naas itu terjadi. Dia yang teriak meminta tolong. Dia kewalahan menghadapi Yani. Tapi apa daya, yang diminta tolong malah tergiur dengan aurat.

Dan munculah Mas Gatot. Mas Gatot adalah orang yang dituakan di kost. Dia ini sangat amat mumpuni, ciamik, lihai, juara nomer satu, untuk masalah selangkang. Lalu apa hubungannya dengan orang kesurupan? Err, si Yani adalah satu dari (seinget gw sih) enam teman kasur Mas Gatot.

“Panggil orang pinter! Panggil orang pinter!”, Mas Gatot berteriak memerintah.

“Oke mas, aku berangkat”, salah satu penghuni kost menyanggupi, sesaat seperti adegan sinema elektronik.

Sambil menunggu kedatangan orang pintar, seisi kost berusaha mengeluarkan energy yang masuk ke Yani. Dan kejadian absurd ini akan segera dimulai.

Kost gw ini termasuk kost laknat. Hahaha. Masing - masing KTP anak kost, menyebutkan agama mayoritas di dalamnya. Tapi yang melakukan ibadah bisa dihitung dengan jari. Bukan dengan jari jemari. Iya hanya seorang. Hahaha.

“Ayo ngaji, siapa tau ngaruh!“

“Siapa yang bisa ngaji?“, pertanyaan yang sia - sia karena jawabannya sudah diketahui sebelum pertanyaan ini terlontar.

Dan akhirnya, dari kost ini terdengar lantunan ayat - ayat Al Quran. Tapi secara digital! Mas Gatot mencari mp3 ngaji di tumpukan piringan kompaknya. Setelah ketemu, knop speaker aktif yang tercolok langsung dengan computer dipasang maksimum. Hahaha. Si Yani tetap saja berteriak. Dengan itu gw dapet pelajaran moral ngaji digital tak direkomendasikan untuk menyembuhkan kesurupan.

Belum, keabsurdan ini belum selesai. Datanglah orang pintar yang dipanggil. Ternyata yang datang adalah sekomplotan anak masjid. Salah satunya adalah anak kampus gw. Okay, mereka langsung merangsek masuk ke dalam kamar perkara. Begitu melihat si Yani, mereka terperangah.

“Astagfirullahaldzim! Ana ga kuat ngeliatnya. Mas, antum - antum ada yang punya sarung buat nutupin auratnya?”

Temen - temen kost gw langsung menjauh. Berkumpul di depan kamar Mas Gatot.

“Gila! Yang imannya kuat aja ngeliat Yani kelojotan apalagi kita. Liat aja, udah pake baju transparan gitu, belahan dada ama kancut kemana - mana”

Sertamerta diamini oleh yang lain, “amiiiiiinnn”

Yani masih berontak, salah satu dari anak masjid menghubungi rekannya. Mereka tak tahan syahwat karena akhwat. Mereka memanggil teman sejawatnya yang lawan jenis. Agar lebih leluasa dalam mekanisme pengeluaran energy gaib dari tubuh Yani. Beberapa lama kemudian, datang lagi empat muslimahwati. Mereka langsung meminta rambut si Yani dikuncir. Katanya kalau rambut tergerai setan akan susah keluar dari raga Yani. Absurd. Terpaksa kuncir rambut gw serahkan. Ergh!

Mereka mengaji dengan suara lantang dan berusaha mengeluarkan roh yang katanya kuntilanak di depan kost.

Tiba - tiba, Mas Gatot memanggil salah satu dari kami. Mukanya gusar. Keringat menetes deras. Yang dipanggil langsung saja menghampiri.

“Hey! Sini!”

Mas Gatot berbicara terengah sambil mengeluarkan selembar limapuluh ribuan dari dalam dompetnya. Gw pikir duit itu bakal semacam infaq kepada komplotan remaja masjid tersebut. Dalam hati gw berpikir dermawan banget ini orang. Baik hati walau kelakuan agak minus. Tapi kalimat selanjutnya tak pernah terbayang di otak gw.

“Aku capek banget megangin Yani. Badanku pegel semua. Sejam megangin. Dia berontak terus mukul - mukulin aku. Nih, duit! Sana beli anggur. Aku mau minum!”

Gw ngakak di tempat.

Yani akhirnya bisa reda. Ia tak histeris lagi. Empat muslimahwati tadi pamit. Muslimahwan belum. Mereka mengumpulkan anak kost di depan bangunan kost.. Kita berkumpul di atas tikar yang sudah tergelar tidak rapi di halaman parkir.

“Saya lihat di sini auranya gelap. Terus hutan di depan sana auranya juga gelap, jadi hutan dan kost ini sama auranya. Di sini ada yang rajin sholat? Sholat terus yang rajin. Peristiwa begitu akan sering terjadi jika iman kita kuat. Kalau bisa, kost ini dingajiin seminggu penuh setelah ini. Ingat ya! Seminggu penuh dingajiin! Blablabla”

Nasehat - nasehat spiritual masih saja terdengar selama setengah jam. Yang lain manggut - manggut entah karena apa.

Setelah anak - anak masjid berpamitan dan bersalaman memohon diri, pesta anggur dimulai. Absurd sekali memang! Kita minum sampai jam empat pagi, karena pada takut tidur setelah kejadian tersebut. Lalu, nasehat spiritual selama setengah jam menyublim di udara. Anjuran mengaji selama satu minggu penuh untuk memagari kost dari kekuatan gaib bertendensi negatif berkonversi dengan minum anggur seminggu penuh. Anak - anak kost pada takut tidur di bawah jam duabelas malam karena alasan yang sama.

Sudah berakhir? Belum! Ini belum berakhir. Setelah pesta anggur setelah mendengarkan saran spiritual tadi, Mas Gatot menghilang. Pun Yani. Ternyata mereka berdua berada di kamar Yani. Setelah tidak terdistorsi dengan roh, hantu, atau apalah, Yani bertransformasi kembali menjadi teman tidur Mas Gatot. Hahahahahaha.
-----------------

*sekarang Yani sudah menikah dan hidup bahagia tanpa kuntilanak lagi.

[Jogjakarta 10 Mei 2010. 10:48 AM. fikri]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar