Jumat, 02 Juli 2010

Melancholic Bitch - Balada Joni dan Susi

Tulisan ini adalah untuk melunaskan janji untuk menulis tentang Melancholic Bitch. Review ini memang tak sebagus penulis lain. Begitu banyak ulasan yang menunjukkan kualitas album ini. Tulisan ini tak ada apa - apanya jika dikomparasikan dengan yang lain. Coba saja ketik Melancholic Bitch Balada Joni dan Susi pada mesin pencari, maka akan disuguhkan banyak. Tulisan ini hanya untuk menunjukkan betapa cintanya saya dengan Melancholic Bitch seperti halnya betapa cintanya Joni dan Susi.

Saya pertama kali melihat band ini secara langsung di Taman Budaya Yogyakarta. Saat itu saya menunggu Efek Rumah Kaca yang menjadi penutup di sebuah gigs. Efek Rumah Kaca masih lama. Sekitar empat band lagi. Sambil menunggu, saya dan teman saya mencari tukang minuman untuk membeli air mineral dalam kemasan gelas kecil. Ya! Sudah tertebak, airnya dibuang untuk disubstitusi oleh anggur merah.

Saya dan teman saya menenggak anggur merah yang saat itu masih delapan belas ribu di teras di Taman Budaya Yogyakarta. Saat sedang melakukan ritual sebelum menonton music itulah, datang seorang perempuan berparas manis. Manis sekali. Herannya, lawan jenis di sebelahnya tak sebanding. Saya dan teman saya bergunjing. Hahaha. Lawan jenisnya memakai kacamata dengan lensa hampir menutupi muka dengan pinggiran hitam tebal.

“kok mau ya cewenya? Cowonya aneh begitu”, teman saya bertanya.

“pasti cowonya punya sesuatu, nyo”, apologi saya. Karena saya merasa dia jauh lebih keren dibanding saya. Hahaha.

Dan benar. Ketika Efek Rumah Kaca tinggal menunggu satu band lagi, saya dan teman saya menyudahi menganggur. Masuk ke dalam venue. Si lawan jenis yang aneh itu sedang berada di tengah panggung. Merokok dan memegang mikrofon. Dan dia sangat keren! Dia Ugoran Prasad, vokalis yang juga penulis lirik Melancholic Bitch yang juga penulis cerita pendek untuk Kompas. Saat itulah saya merasa saya harus jatuh cinta dengan band ini. Padahal album Anamnesis, sudah mengerak di memori computer.

“tuh kan bener, dia vokalis keren begitu”, teman saya tertawa setelah saya ucapkan kalimat itu.

Album Balada Joni dan Susi memang mantap. Tidak banyak band di Indonesia yang berkonsep seperti ini. Konser promo albumnya di Salihara, Jakarta Selatan, menuai banyak pujian. Sempurna kata teman saya, Priambodo Adi Nugroho. Album ini berisi tentang perjalanan Joni dan Susi. Tokoh yang menurut saya mencerminkan banyak pasangan di Indonesia. Album ini juga membuat saya harus menambah nama Ugoran Prasad ke dalam pelirik kegemaran saya. Setelah Jimmy Multhazam dari The Upstairs dan Cholil dari Efek Rumah Kaca.

1. Prolog

Lagu ini berdurasi hanya satu menit lebih setengah kurang. Sesuai dengan judulnya, lagu ini hanya prolog. Prolog dari Ugoran Prasad, vokalis, untuk mengintrodusikan siapa Joni dan siapa Susi.

Ketika Joni dua satu dan Susi sembilan belas

Hidup sedang bergegas di ruang kelas

Kota - kota menjalar liar dan rumah terkurung dalam kotak gelas

Dingin dan cemas

Namaku Joni

Namamu Susi

Namamu Joni

Namaku Susi

2. Bulan Madu

Bercerita tentang Joni dan Susi yang berbulan madu dalam imajinasi. Venezia, melalui Nepal, Oslo dan Budapest tidak terlewati, Nanking, Rio, dan Lima juga tak terlalui. Mereka berdua terlalu kencang meninggalkan Cape Town. Intro piano yang lambat diakhiri dengan teriakan “tinggalkan Cape Town” cukup melekat di telinga.

3. 7 Hari Menuju Semesta

Lagu ini lagu favorit saya di album ini. Subjektifitas saya, lagu ini merupakan lagu gombal yang sangat amat keren sekali. Hahaha. Drum dan gitar yang enerjik. Intronya bisa menganestesi kepala untuk digoyangkan ke kiri ke kanan sesuai irama. Liriknya jawara. Berisi tentang agenda Joni kepada Susi selama seminggu tujuh hari. Bagian terkeren dari liriknya adalah,

jika aku miskin kau negara

jika aku mati kau kematian lainnya


4. Distopia

Intro keyboard diiringi dengan bass yang mengalir. Lagu ini dinyanyikan berdua oleh Ugoran dan Silir. Liriknya hanya sedikit. Bercerita bagaimana kereta bisa menghantar Joni dan Susi menuju semesta dan Janji Joni dan Susi untuk bersama. Bagian favorit dalam lagu ini adalah tentu saja ketika suara synth bercampur dengan melodi bass yang nakal. Memaksa badan untuk bergerak. Lagu ini lagu mudah dihapal dan satu - satunya lagu yang bisa dinyanyikan bareng.

Bersama - sama kita, bersama - sama selamanya

Bersama - sama kita, bersama, bersama.

5. Mars Penyembah Berhala

Lagu ini merupakan lagu yang paling ditunggu ketika Melancholic Bitch di atas pentas. Lagu ini lagu yang paling anthemik dalam album ini. Menurut saya, lagu ini bercerita tentang bagaimana televisi membunuh imajinasi. Bagaimana televisi menutupi realita. Bagaimana sinema elektronik menipu. Lagu yang sangat bertenaga. Dentuman drum. Cocok didengarkan jika alcohol sudah bereaksi di dalam kepala. Hahaha. Bagian refrain yang enak untuk diteriakkan secara repetisi.

Siapa yang butuhkan imajinasi, jika kita sudah punya televise

Pada bagian akhirnya, refrain diulang berkali - kali diiringi oleh semacam dakwah yang pepat dalam empat belas inchi.


6. Nasihat yang Baik

Lagu pelan. Petikan gitar dan keyboard yang mengalun lambat. Lagu ini semacam lullaby Joni kepada Susi. Susi terlalu lelah berkontemplasi, maka tidurlah.

7. Propaganda Dinding

Lagu yang didominasi suara keyboard. Drum dan keyboard yang konsisten. Lirik yang ironis dan miris. Susi lapar. Joni mencuri roti untuk Susi. Sementara di luar sana, supermarket tak pernah sepi. Wow! Lirik yang jenius. Semoga engkau masuk surga Ugoran!

Supermarket dan busung lapar adu lari

Aku tak gila ketika didengarnya dinding berbisik

pelan berbisik: curilah roti.

Takkan kubiarkan kau mati.


8. Apel Adam

Minimalis. Mirip narasi kepada Joni yang tak bisa mencuri apel dan roti untuk Susi yang lapar. Joni ditangkap. Joni dikurung.

Jangan libatkan polisi di lagu ini

Jangan libatkan polisi di cinta ini



Masih ada empat lagu lagi, jadi silahkan cari tahu sendiri. Dan jangan salahkan saya, jika setiap bangun tidur harus menyetel lagu mars penyembah berhala atau 7 hari menuju semesta. Album ini sangat adiktif. Sangat. Berhati - hatilah. Sudah beberapa bulan menjadi penghuni tetap daftar main aplikasi pemutar mp3 saya. Berhati - hatilah sungguh!

Jadi meminjam istilah majalah Trax, mendengarkan album ini sekilas seperti membaca realita Indonesia lewat lagu.

1 komentar:

  1. Haha sama banget, saya juga melihat melbi untuk pertama kalinya secara live di gig yang sama dengan Anda! melbi memang keren!

    BalasHapus