Minggu, 16 Mei 2010

Hore! Pindah Kost!

Ya anggap saja ini sekuel dari bapak kost laknat. Jadi setelah pindah dari kamar kost yang bapak kost-nya laknat tersebut, gw menyewa kamar kost yang lumayan luas. Fasilitas yang ditawarkan pun cukup menarik. Kamar enam kali delapan meter. Kamar mandi dalam kamar. Dapur dan washtafel. Gudang dan tak lupa tempat jemur pakaian. Oh ya! Satu lagi, kamarnya dua tingkat! Tingkat kedua luasnya hanya setengah lantai pertama. Cuma kurang eskalator aja ini kamar.

Kamar tersebut gw sewa berdua dengan temen yang juga menjadi korban “pengusiran” bapak kost laknat. Setelah cerita ini, akan gw ceritain tentang temen sekamar gw yang sangat amat normal tersebut di kalimat sebelum ini. Ternyata pindah kost bukan berarti kejadian absurd akan hilang. Masih saja menghantui kehidupan sehari - hari gw. Sekarang gw ceritain tentang tetangga kost gw yang baru.

Kamar di sebelah kiri kamar gw, dihuni oleh dua orang mahasiswa perguruan tinggi swasta terkenal yang terletak di jalan kaliurang kilometer 13. Susah amat ya mau ngomong UII. Haha. Errr, mereka sungguh introvert. Pintu kamar mereka tak pernah dibuka. Berbeda sekali dengan kamar gw yang pintunya ditutup hanya ketika tidur.

Gw ga pernah masuk ke kamar sebelah, temen sekamar gw yang agak sering. Mungkin karena mereka mempunyai minat yang sama dalam segala sesuatu yang berbau Jepang. Maaf, menurut gw, orang yang fanatik terhadap Jepang - Jepang-an akan cenderung ansos (anti sosial). Mereka terlalu geek. Mereka seringkali membawa komik, anime, manga, apapunlah namanya ke dalam kejadian nyata. Maaf, ini terlalu subjektif. Sekali lagi maaf.

Mereka seringkali membicarakan naruto inilah, onepiece itulah, bukannya gw ga suka komik. Gw suka banget komik. Tapi ya jangan terlalu masuk ke dalam cerita lah. Lalu mereka sering menyewa vcd semacam ksatria baja hitam dan teriak - teriak ketika jagoan mereka terdesak musuh. Suaranya tertangkap hingga telinga gw. Pengen banget teriak “Get a life, guys!” di depan pintu kamar mereka. Haha. Sekali lagi ini subjektif dan gw minta maaf.

Hipotesis gw, mereka adalah penyuka sesama jenis. Hipotesis ini gw ambil dari dialog mereka, yang kebetulan gw ikutan.

Si orang pertama bertanya,
“Iuuh fik, rambut gondrong kayak gitu ga panas ya?”
“Ya panas sih, tapi kan bisa dikuncir”
“Emang tujuan kamu gondrongin rambut apa?”
“Ga ada, males potong aja. Biar dikira rock n roll”
“Ihh aneh deh kamu! Mending rambut kamu dibikin kayak NARUTO aja kayak dia” sambil melihat si orang kedua.

Si orang kedua ikutan,
“Kayak gini maksud kamu?”

Sambil ngebenerin rambutnya dimirip - miripin kayak Naruto. Sumpah! Gw sampe sekarang ga tau rambut Naruto kayak gimana. Nyentuh komiknya aja udah males, terlalu ngepop di pasaran.

“Iya kayak gitu!”

Si orang pertama tersenyum senang setelah melihat rambut si orang kedua yang sudah “berbentuk” Naruto. Dan ini bagian absurdnya. Setelah ngomong tadi, si orang pertama menyenderkan kepalanya ke bahu orang kedua, lalu mereka bertemu pandang dan tersenyum!

Dangg! Gw seperti pengen naik-bajaj-tapi-di-depan- di-samping-supirnya ngelihat perilaku mereka. Tinggal dikasih backsound lagu India, lengkap sudah. Eh belum, ditambah pohon dan sedikit air hujan! Hal ini yang mendukung hipotesis gw menjadi signifikan. Tapi cukup dengan observasi singkat saja. Tak perlu berlama - lama, apalagi berpartisipasi. Cukup dilihat saja, tak usah dicoba. Takut ketagihan. Hahaha.

Belum lagi kamar sebelah kanan yang dihuni perempuan bertubuh memaksa-mata-harus-melirik. Yang sering melakukan yoga dengan tanktop yang sudah basah oleh keringat dan celana super pendek yang memamerkan kemulusan pahanya. Fik, ini tulisan lama - lama jadi stensilan! Hahaha. Sayang sudah bersuami. Hahaha.

Dan naasnya lagi, onderdil si perempuan sebelah kamar itu sering singgah di tempat jemuran kamar gw. Entah itu bra atau celana dalam. Mungkin tertiup angin, atau mungkin juga dia yang sengaja melempar ke sebelah. Dipelet kok minta? Haha. Dan itu adalah dilema terbesar gw di sana!

Sekarang gini deh. Direka - reka ya adegan gw ngebalikin onderdilnya. Gw lagi mau jemur handuk. Ngeliat beha ada di bawah jemuran gw. Gw pungut itu onderdil. Lalu gw ketok pintu kamar sebelah.

“Tok tok”
“Sebentar” lalu ia membuka pintu, “Oh fikri, kenapa fik? Ada apa?”

“Ini mbak, aku mau ngembaliin BEHA mbak” dialog ini aja udah agak absurd. Haha.

Setelah ini gw bisa memprediksi empat kalimat yang akan dilontarkan si mbak. Yang pertama adalah,

“Oohh pantesan beha aku sering ilang, kamu toh yang sering ngambilin?”

Kalau kalimat ini yang keluar, maka niat baik gw akan sirna! Niat baik gw yang mau ngembaliin beha yang tertiup angin akan berubah menjadi niat pencuri pakaian dalam. Gw dituduh maling pakaian dalam. Maka pilihan ngembaliin beha mendapat konstrain pertama.

Prediksi gw tentang kalimat kedua adalah,

“Oohh itu emang aku buang. Ngapain kamu balikin lagi?!”

Kalau kalimat ini yang keluar, maka niat baik gw akan sirna juga! Niat baik gw yang mau ngembaliin beha yang tertiup angin akan berubah menjadi niat memungut sampah. Beha itu sudah dibuang dan menjadi sampah. Maka pilihan ngembaliin beha mendapat konstrain kedua.

Prediksi gw tentang kalimat ketiga adalah,

“Loh kok beha aku bisa ada di kamu, fik? Kamu sering ngamen?”

Kalau kalimat ini yang keluar, maka niat baik gw akan sirna juga! Niat baik gw yang mau ngembaliin beha yang tertiup angin akan berubah menjadi niat transgender dan ngamen di sepanjang jalan kotabaru. Maka pilihan ngembaliin beha mendapat konstrain ketiga.

Prediksi gw tentang kalimat keempat adalah,

“Ya ampuun, fikri! Kamu baik banget! Mau ngembaliin beha aku. Yaudah masuk dulu, aku mau mandi terus make beha yang kamu balikin sebagai tanda terima kasih aku buat kamu. Ayo masuk jangan malu - malu! Jangan lupa kunci pintunya ya!”

Kalau kalimat ini yang keluar, maka dunia akan berhenti berputar dan berubah menjadi utopia. Hahaha. Maka niat baik gw akan sirna juga! Niat baik gw yang mau ngembaliin beha yang tertiup angin akan berubah menjadi niat tidak senonoh dan menggagahi perempuan bertubuh memaksa-mata-harus-melirik. Bener nih, lama - lama tulisan ini jadi stensilan. Hahaha. Maka pilihan ngembaliin beha mendapat konstrain keempat.

Nah, sekarang versi ga ngembaliin beha. Seandainya semua pakaian dalam, baik beha maupun celana dalam itu gw simpan dan kumpulin. Mungkin berjumlah tiga atau empat potong. Terus gw simpan dalam lemari gw. Suatu saat temen gw akan dateng ke kost dan mungkin akan menginap. Biasanya yang menginap tidak membawa baju ganti, berarti otomatis dia akan meminjam kaos gw. Dan adegan ini akan sangat mungkin terjadi.

“Pik, minjem kaos lo dong!”
“Iya, ambil aja sana di lemari”
“Oke, tengkyu pik”

Terus dia ke lemari gw. Terus membukanya.

“Pik! Kok isi lemari lo beha dan celana dalam cewe semua? Parah banget lo pik!”

Dan pilihan ga ngembaliin beha sangat riskan. Gw akan dianggap mempunyai semacam fetish pakaian dalam perempuan. Menurut informasi yang pernah gw baca, emang ada orang - orang yang fetish terhadap pakaian dalam perempuan. Mereka mencuri dan menggunakannya sebagai stimulus untuk masturbasi. Dan sayangnya gw bukan tipikal seperti itu. Gw lebih suka melihat pakaian dalam yang sedang dipakai. Bukan yang sedang dijemur. Hahaha.

Dilema itu sempet bikin hidup gw hancur. Gw kehilangan nafsu makan dan gairah belajar. Kuliah terbengkalai. Badan gw kurus, IPK gw jeblok. Oke terlalu hiperbola. Ya Dilema antara ngembaliin beha dan menyimpannya mempunyai konsekuensi masing - masing. Sebenernya solusinya udah ketemu.

Solusinya adalah gw lempar onderdil itu ke tempat jemuran si mbak. Terus ngapain gw nulis panjang - panjang ya?

[jogjakarta. 30 Maret 2010. 02:13 PM. fikri]

1 komentar: