Jumat, 04 Desember 2009

siapa yang butuh ipk tinggi? bukan fikri.

untuk apa ipk tinggi? untuk apa nilai A berbaris dalam transkrip nilai dengan cap lambang ugm di pojok kanan bawah? untuk apa nilai 100 dalam kuis? oke gw butuh. tapi nanti. suatu saat nanti. nanti jika matahari tidak lagi terbit dari ufuk timur ditemani tukang sari roti dengan bunyinya yang bergema di liang telinga.

mereka bisa tersenyum saat mencetak transkrip nilai mereka. gw tidak. ada huruf C yang hampir sama banyaknya dengan huruf B. entah B itu sendiri atau membawa teman negatif dan positifnya. huruf A masih saja malu - malu. malu untuk menampakkan batang penghubungnya di tengah - tengah 2 garis miring.

biarkan saja mereka tetap berada di perpustakaan. menutup wajah mereka dengan buku usang. bau kutu busuk yang bercampur dengan galaknya petugas perpustakaan yang tidak mengetahui fungsi otot bibir. kunci loker yang tertata rapi. huruf - huruf kode di kulit buku. alibi membaca buku untuk melakukan pendekatan kepada lawan jenis. melingkar duduk rapi di tepi meja. pulpen pilot mengikuti kertas bergaris.

alkohol beberapa jam yang lalu masih saja terasa.

mungkin mereka tidak tersenyum. tidak tersenyum dengan tepukan tangan ketika identitasnya di halaman credit title muncul di layar. tidak menikmati saat berada di belakang layar. malah keringat sebesar biji kedelai meleleh di antara pelipis jidatnya. visual siluet gambar tangan mengatup dan terbuka berkali - kali dan audio seperti suara hujan menerpa genteng terbuat dari seng .itu cukup. sangat cukup. bahkan berlebih. menetes - netes keluar karena wadahnya sudah tidak cukup lagi. ada yang mau menampung?

mungkin mereka tidak tersenyum dengan bertingkah aneh di atas panggung. di depan orang banyak. santoso memang tidak buka cabang. hanya ada jasa pengantaran. mengangkat kedua tangan ke atas sambil melihat sepatu di bawah. kapal sudah miring, kapten! bernyanyi bersama dengan orang - orang di depan gw di atas panggung dengan microphone yang sudah pasti menyala. berdansa resah dengan nada - nada yang tak minor. hanya bunyi - bunyian masa lalu. itu cukup. sangat cukup. bahkan berlebih. menetes - netes keluar karena wadahnya sudah tidak cukup lagi. ada yang mau menampung?

bertemu. kata kerja. ya nanti saja lah teori etimologi nya. aku bukan teoris. kata rendering complete muncul juga dalam aplikasi premieremu. aplikasi di dalam komputermu yang lebih sering membuat keberadaanku ke rumahmu hanya untuk menumpang makan. makasih banget sani. elegi dibalik awan hitam, persis seperti katamu yang mengutip lirik grup musik itu. aku lebih suka menyebutnya sebagai deviden. kampus bangsat ini sudah mencuci otakku. sudah merasakan? aku bertaruh besar kamu ingin lagi emosi itu. haha. begitu juga dengan debutmu. suaramu dan suara massa di depanmu saling beradu seperti tabrakan kereta di bintaro. aku masih ingat betul kata - kata dalam pesan singkat yang kamu kirimkan padaku walaupun sudah dihapus. memenuhi kapasitas telepon seluler bernama nexian milikku yang malam tadi, entah kenapa terus berbunyi dari kamu, talent film kita, teman sepanggung kita, teman - teman yang datang khusus buat kamu. pesimis, grogi, nervous, ga pede, apapun itu. ah aku tak peduli. makasih banget sani. sudah merasakan? sekali lagi aku bertaruh besar kamu ingin lagi emosi itu. haha. sayang. camcorderku hanya wacana. itulah resiko penghuni belakang layar.

malam tadi. orgasmik.

setidaknya ini nilai A dan teman positifnya buat gw.
anggap saja ini pleidoi dari orang ber ipk rendah.
[yogyakarta. 28 maret 2009. 11.43 am. fikri]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar